Hakikat manusia yang tidak mungkin mensyukuri nikmat Allah secara
keseluruhan bukanlah merupakan suatu hal yang tercela. Tetapi, yang tercela
adalah mereka yang senantiasa mendapatkan kenikmatan dari Allah setiap saat, bahkan
dalam berbagai keadaan, namun senantiasa mengingkari nikmat itu dengan
melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak mencerminkan rasa syukur atas nikmat
yang ia peroleh. Ada sebab-sebab tertentu yang membuat seseorang kufur nikmat,
diantaranya adalah :
Lalai dari nikmat
Syukur terhadap nikmat adalah sikap yang terbangun diatas pengetahuan
seseorang terhadap nikmat Allah. Jika dia mengetahui dan mengakui nikmat Allah,
dia akan mensyukurinya. Sebaliknya, jika dia lalai dari nikmat Allah, maka
pastilah dia akan mengingkarinya. Seseorang menjadi lalai dari nikmat Allah
karena ia terus-menerus berada dalam kenikmatan tersebut, ia tidak pernah
merasakan kehilangan nikmanya. Sebagian salaf berkata, “Kenikmatan dari Allah
Kepada hamba-Nya adalah sesuatu yang tidak diketahui (dirasakan). Jika nikmat
itu hilang, barulah dirasakannya”. Oleh karena itu, Allah memerintahkan
hamba-hamba-Nya untuk senantiasa mengingat-ingat nikmat yang telah diberikan
oleh Allah SWT. Dalam firman-Nya, Allah berkata :
“Dan ingatlah nikmat Allah atasmu dan apa yang Dia turunkan kepadamu
berupa al-Kitab dan al-Hikmah yang Dia Menasihatimu dengannya”.(QS.
Al-Baqarah : 231)
Kebodohan terhadap hakikat nikmat
Terkadang, walaupun seseorang berada dalam kenikmatan, akan tetapi
karena dia tidak mengetahui hakikat nikmat, maka dia tidak menganggap
kanikmatan itu sebagai kenikmatan. Jika kenikmatan sudah dianggap bukan sebagai
kenikamatan, bisa dipastikan dia tidak akan mensyukurinya.
Ada orang yang mendapat banyak nikmat, namun ketika dia tahu orang lain
juga mendapat nikmat, maka ia menganggap bahwa kenikmatan yang ia dapatkan
bukanlah merupakan suatu kenikmatan. Dia menganggap kenikmatan adalah sesuatu
yang khusus hanya untuk dia. Maka ini adalah hal yang salah. Ini merupakan
kebodohan terhadap hakikat nikmat.
Silau dengan yang diatasnya
Mensyukuri nikmat, sebanding dengan penggunaan seseorang terhadap
nikmat tersebut. Jika ia semakinn mengagungkan suatu kenikmatan, maka dia akan
semakin bisa mensyukuri nikmat tersebut. Sebaliknya, semakin dia menyepelekan
suatu nikmat, maka dia semakin tidak bisa mensyukuri nikmat tersebut.
Maka ketika seseorang senantiasa melihat orang yang berada diatasnya
yaitu orang yang mendapat kenikmatan lebih banyak dari yang ia dapatkan,
niscaya ia akan terus meremehkan kenikmatan yang ada pada dirinya. Akibatnya,
ia pun terhalang untuk mensyukuri nikmat Allah.
Melupakan masa lalu
Diantara kita semua, ada yang pernah mengalami masa-masa penuh
penderitaan pada masa lampau. Ada yang tertimpa penyakit parah, kemiskinan,
ataupun penderitaan-penderitaan lainnya. Kemudian setelah Allah membebaskan kita
semua dari berbagai musibah itu, kita enggan untuk membandingkan antara keadaan
yang sedang ia alami dengan keadaan yang kita lewati di waktu sulit. Padahal
dengan melihat keadaan di waktu sulit, itu akan mendorong kita untuk lebih
mensyukuri keadaan kita saat ini.
Keadaan semacam ini, sungguh menyerupai sifat orang-orang musyrik pada
zaman dahulu. Ketika mereka berada dalam masa-masa sulit yang sangat, mereka
mengikhlaskan permohonan hanya kepada Allah. Namun ketika Allah menyelamatkan
mereka dari keadaan sulit itu, mereka pun melupakan keadaan sulit itu, dan
mereka kembali berbuat syirik.
Itulah hal hal yang menyebabkan seseorang menjadi kufur nikmat.
Semoga kita semua terhindar dari hal-hal munkar tersebut. Aamiin.
Posting Komentar