Mengingat, memperhatikan dan menghadirkan nikmat-nikmat Allah
Tidak perlu diragukan lagi bahwa setiap saat kita pasti berada dalam
kenikmatan Allah. Bahkan tidak mungkin kita melewati satu saat pun dalam
keadaan kosong dari nikmat Allah. Bahkan, udara yang kita hirup adalah nikmat
dari Allah. Bukankah kita bisa melihat, mendengar, mencium, berjalan, memegang,
dan sebagainya ? Bukankah itu adalah kenikmatan yang Allah berikan ? Allah
berfirman :
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
akan mampu menghitungnya”. (QS. An-Nahl : 18)
“Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah atasmu. Adakah pencipta selain
Allah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi ? Tidak ada sesembahan yang
hak melainkan Dia. Maka kenapa kamu dipalingkan ?” (QS. Fathir : 3)
Merendahkan diri dan berdo’a kepada Allah
Sebagaimana kebaikan-kebaikan yang lain, sikap syukur juga merupakan
anugrah Allah kepada hamba-Nya. Maksudnya, seorang hamba tidak akan mungkin
bersyukur kepada Allah atau melakukan kebaikan-kebaikan lain, keuali dengan
hidayah dan taufik dari Allah. Maka termasuk jalan utama agar kita bisa
bersyukur adalah dengan meminta kepada Allah.
Lihatlah teladan yang sangat baik dari Nabi Sulaiman. Beliau berdo’a
kepada Allah :
“Wahai Robbku, tunjukkanlah aku untuk menyukuri nikmat-Mu yang
Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Dan (tunjukkanlah aku)
untuk melakukan amal shalih yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke golongan hamba-hamba-Mu yang shalih”. (QS. An-Naml : 19)
Keyakinan bahwa pada hari kiamat Allah akan bertanya tentang syukur
nikmat
Allah telah berfirman :
“Kemudian sungguh kalian akan ditanya tentang kenimatan-kenikmatan”.
(QS. Al-Takatsur : 8)
Syaikh As-Sa’di berkata, “kemudian sungguh kalian akan ditanya
tentang berbagai kenikmatan yang kalian nikmati di dunia. Apakah kalian
menyukurinya, menunaikan hak Allah padanya, dan tidak menggunakannya dalam
kemaksiatan, shingga dengan itu Allah akan memberi nikmat yang lebih tinggi dan
lebih utama. Ataukan kalian tertipu dengannya dan tidak mengyukurinya atau
bahkan engkau gunakan nikmat itu untuk bermaksiat kepada Allah, sehingga dengan
itu Allah akan menghukum kalian”. (Taisirul Karimir Rahman, 934)
Rasulullah bersabda :
“sesungguhnya yang pertama ditanyakan kepada seorang hamba pada hari
kiamat adalah : bukankah Kami sehatkan badanmu, bukankah telah Kami segarkan
kamu dengan air yang dingin”. (HR. Tirmidzi, lih. Ash-Shahihah, 539)
Keyakinan akan menetap dan langgengnya kenikmatan jika disyukuri
Inilah janji Allah, sedangkan Allah tidak akan mengingkari janji.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu telah mengumumkan : jika kamu
bersyukur, sunggu akan Aku tambah bagimu, dan jika kamu kufur maka siksaan-Ku
sangat pedih”. (QS. Ibarahim : 7)
Salah satu bentuk hukuman Allah bagi orang yang kufur terhadap
nikmat-Nya adalah dicabutnya nikmat itu dari hamba-Nya. Maka jika seorang hamba
menghendaki langgeng dan bertambahnya kenikmatan yang ada padanya, hendanya dia
menetapi sikap syukur ini. Tanpa syukur, tidak ada satu kenikmatan pun yang
akan menetap.
Fuhail bin Iyadh pernah berkata : “wajib bagimu menetapi sikap
syukur terhadap nikmat. Karena sangat jarang kenikmatan yang hilang dari suatu
kaum lalu bisa kembali lagi kepada mereka”. (Mukhtashor Minhajil Qashidin,
291)
Mengagungkan nikmat Allah
Maksudnya, barang siapa yang ingin mensyukuri nikmat Allah, hendaknya
ia melihatnya dengan pandangan pengagungan. Jangan pernah menganggap remeh
suatu nikmat meski nampak kecil. Karena semua nikmat itu (meski tampak kecil)
semata-mata dari Allah SWT.
Kenikmatan itu semata-mata anugrah dari Allah, bukan karena hak hamba.
Karena jika kita perhatikan dengan seksama, seandainya kita menimbang-nimbang
antara besar dan melimpahnya kenikmatan yang Allah berikan dengan kelakuan dan
perilaku hamba-Nya, niscaya kita akan mendapati bahwa kelakuan hamba sebaik
apapun itu, tidak akan mungkin membalas nikmat Allah yang dianggap remeh
sekalipun. Maka syukurilah nikmat Allah.
Memikirkan dan merenungkan keadaannya ketika susah
Jika pada saat ini seseorang telah memiliki kekayaan, maka hendaknya
dia melihat keadaannya ketika miskin. Jika ia dalam keadaan sehat, hendaknya
melihat keadaanya ketika sakit. Dan begitu seterusnya, semua kenikmatan
dibandingkan dengan lawan-lawannya. Jika kita menyadari dan memahami hal itu,
maka insyaAllah kita akan terjaga untuk selalu menyukuri nikmat-nikmat Allah.
Memandang orang yang berada dibawah
Dengan melihat kepada orang yang keadaanya lebih renda dari kita,
diharapkan dapat memberi kesadaran kepada kita agar mensyukuri nikmat-nikmat
yang Allah berikan. Orang yang memiliki mobil akan bersyukur jika melihat orang
lain yang hanya memeiliki sepeda motor. Orang yang memiliki sepeda motor akan
bersykur ketika melihat orang lain yang hanya memiliki sepeda ontel. Orang yang
mampu melihat keadaan orang yang dibawahnya, akan menggunakan nikmat Allah meskipun
sepele. Berbeda jika dia melihat keadaan orang diatasnya, ia akan merasa hina
dengan kenikmatan Allah yang ia rasa sedikit. Rasullullah Saw bersabda :
“Lihatlah orang yang keadaanya dibawah kalian dan jangan lihat orang
yang keadaanya berada diatas kalian. Karena hal itu lebih layak agar kalian
tidak meremehkan Allah atas kalianĂ”. (HR Muslim)
Salim memberi nasehat untuk bersyukur
Mengingatkan orang lain untuk bersyukur termasuk perkara yang dituntut.
Tuntutan ini menjadi semakin kuat lagi bagi orang yang didengar ucapannya oleh
masyarakat, seperti Khatib Jumat, Imam Masjid, dan yang lainnya. Hal ini juga
termasuk nasehat untuk menaati kebenaran yang akan menyelamatkan seseorang dari
kerugian, Allah berfirman :
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang berima dan mengerjakan amal shalih dan nasehat
menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran”. (QS. Al-Ashr : 1-3)
Demikianlah beberapa cara untuk mempertahankan rasa syukur atas nikmat
Allah SWT. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mensyukuri nikmat
Allah SWT. Aamiin.